Jakarta, CNBC Indonesia – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) membeberkan bahwa saat ini perusahaan tengah mengembangkan tiga proyek nikel baru di Sulawesi, yakni smelter nickel matte di Sorowako, Sulawesi Selatan, smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, dan smelter feronikel di Bahodopi, Sulawesi Tengah.
Ketiga proyek itu disebut memiliki nilai investasi total US$ 9 miliar atau setara Rp 138,3 triliun (asumsi kurs Rp 15.374 per US$).
Hal itu diungkapkan oleh Wakil Presiden Direktur Vale Indonesia Adriansyah Chaniago.
Dia menyebutkan bahwa pihaknya saat ini tengah menggenjot proyek yang mengutamakan Environmental, Social, and Governance (ESG) di yang bekerja sama dengan berbagai perusahaan lainnya.
“Total semua 3 proyek itu akan sekitar US$ 9 miliar,” jelasnya di sela acara Infrastructure Forum, Sewindu PSN, di Jakarta, dikutip Kamis (14/09/2023).
Dia mengatakan bahwa progres dari ketiga proyek tersebut menunnjukkan progres yang cepat atau early work.
“Kalau yang di Bahodopi itu hampir 80% sudah, kalau yang di Pomalaa itu hampir 50% terutama kan kita lagi ada peningkatan kapasitas. Tapi intinya kita sudah mulai early work,” tambahnya.
Pihaknya juga mengatakan, nantinya peningkatan kapasitas smelter HPAL di Pomalaa tersebut akan mencapai sekitar 120 ribu ton nikel per tahun.
“Akan jadi 120 ribu ton (nikel) per tahun sudah disetujui masuk dalam proyek di Pomalaa,” tandasnya.
Seperti diketahui, perusahaan otomotif asal Amerika Serikat, Ford Motor Co, dan perusahaan nikel asal China, Zhejiang Huayou Cobalt, sepakat menandatangani perjanjian investasi (Final Investment Agreement) dengan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) untuk pembangunan proyek smelter nikel senilai US$ 4,5 miliar atau sekitar Rp 67,5 triliun (asumsi kurs Rp 14.500 per US$).
Adapun proyek fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) dengan menggunakan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) ini berlokasi di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Smelter ini akan memproduksikan 120 ribu ton per tahun Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).
Mengutip Reuters, Kamis (30/03/2023), Vale dan Huayou menargetkan pembangunan konstruksi smelter ini akan dimulai pada November mendatang, sehingga operasional smelter diharapkan bisa terwujud pada 2026.
CEO Vale Indonesia Febriany Eddy mengatakan, kesepakatan ini cukup unik karena membawa pengalaman baru bagi Ford ke dalam bisnis hulu nikel.
Dia menyebut, Vale akan memegang 30% saham di proyek smelter ini, sementara sisanya akan dikendalikan oleh Ford dan Huayou.
“Ford dapat membantu memastikan bahwa nikel yang kami gunakan dalam baterai kendaraan listrik ditambang, diproduksi dalam standar ESG yang sama sebagai bagian dari bisnis kami di seluruh dunia,” kata Christopher Smith, Chief Government Affairs Officer Ford, saat penandatanganan, dikutip dari Reuters, Kamis (30/03/2023).
Kesepakatan ini juga menandai investasi perdana Ford di kawasan Asia Tenggara.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Kontribusi Rendah, RI Kuasai Saham Vale Sudah Mendesak!
(wia)
Quoted From Many Source