Tak Gentar Dengan China, Rupiah Dibuka Kokoh

Berita23 Dilihat

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) meskipun kabar buruk datang dari China yang merupakan mitra dagang Indonesia.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka Rp15.870/US$ atau menguat 0,09%. Hal ini melanjutkan tren penguatan kemarin yang juga terapresiasi sebesar 0,31%. Posisi ini juga menunjukkan yang terkuat sejak 25 Oktober 2023.

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 08.50 WIB menguat sebesar 0,13% menjadi 106,26. Angka ini lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan kemarin (30/10/2023) yang berada di angka 106,12.



Pergerakan rupiah hari ini didominasi pengaruh eksternal, khususnya China dan Jepang.

Pada pagi hari ini (31/10/2023), Biro Statistik China (NBS) telah mengumumkan data PMI Manufaktur untuk Oktober. Data ini cukup penting oleh pelaku pasar untuk menentukan sebagaimana kondisi manufaktur China di tengah masih lesunya perekonomian China.

Secara tak terduga, PMI Manufaktur China turun menjadi 49,5 pada bulan Oktober 2023 dari 50,2 pada bulan September, meleset dari perkiraan pasar sebesar 50,2, karena peningkatan output yang lebih lambat, di tengah penurunan pesanan baru, dengan penjualan asing turun lebih cepat sementara lapangan kerja terus menurun.

PMI Non-Manufaktur NBS resmi untuk China pun mengalami penurunan menjadi 50,6 pada Oktober 2023 dari 51,70 pada bulan sebelumnya. Sementara Indeks Output PMI Gabungan NBS di China turun menjadi 50,7 pada Oktober 2023 dari 52,0 pada bulan sebelumnya, yang menunjukkan angka terendah sejak Desember 2022.

Penurunan yang di luar ekspektasi ini mempertegas bahwa perkembangan China saat ini baik di sektor manufaktur maupun non-manufaktur relatif lambat dan berpotensi merambat ke gerak laju investasi dan produksi China yang juga turut melambat.

Baca Juga  Britney Spears dan Sam Asghari Dikabarkan Berpisah karena Pernikahan Toxic

Lebih lanjut, permintaan barang dari Indonesia ke China pun berpotensi mengalami perlambatan karena China merupakan pasar terbesar ekspor Indonesia dengan porsi 30% sehingga perlambatan di China akan punya dampak juga terhadap domestik.

Selain itu, Jepang pada pagi hari ini akan mengumumkan data penting yakni suku bunganya.

Keputusan Bank of Japan (BoJ) sangat ditunggu pasar setelah yen Jepang ambruk dan imbal hasil surat utang Jepang melambung. BoJ hingga kini masih mempertahankan suku bunga acuan mereka yang kini ada di minus 0,1%. Suku bunga acuan sebesar itu sudah bertahan sejak 2016.

Sebagian pelaku pasar melihat ada kemungkinan jika BoJ akan segera mengakhiri suku bunga ultra rendahnya serta mengakhiri yield curve control (YCC) pada akhir 2024.

Perkembangan kebijakan moneter di Jepang akan berdampak besar ke pasar keuangan Indonesia karena banyaknya investor Jepang yang masuk ke Tanah Air, baik melalui obligasi ataupun investasi langsung.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer

(rev/rev)


Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *