SVBI Berlaku 17 November 2023, TD Valas Disetop

Berita10 Dilihat

Raja Ampat, CNBC Indonesia – Bank Indonesia (BI) merilis instrumen baru untuk menarik aliran modal asing (inflow), yaitu Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI). Instrumen ini akan menggantikan Term Deposit Valuta Asing untuk tenor yang sama.

“Nanti TD Valas tenor yang sama akan diistirahatkan,” ungkap kata Ramdan Denny Prakoso, Direktur Departemen Pengelolaan Moneter (DPM) Bank Indonesia dalam bincang media di Raja Ampat, pada akhir pekan lalu.

Diketahui SVBI memiliki tenor 1,3,6,9 dan 12 bulan. Sementara SUVBI 1,3 dan 6 bulan. Implementasinya akan dimulai pada 17 November 2023.

Baik SVBI maupun SUVBI lebih baik dari TD Valas karena memiliki underlying dan bisa diperdagangkan di pasar sekunder dan boleh juga diperdagangkan dengan non residen.

“Dengan SVBI harapan kita, dia lebih mampu akselerasi pendalaman pasar uang valas, dan lebih mampu untuk track inflow. Selain tempatkan valas dia dapatkan surat berharganya, bisa diperjual belikan di pasar sekunder dan dibeli oleh pihak asing.
Diharapkan ini bisa efektif di pasar uang ataupun inflow,” paparnya.




Foto: Bank Indonesia
Bank Indonesia baru saja merilis instrumen baru, yaitu SVBI dan SUVBI. Keduanya adalah instrumen operasi moneter yang promarket.

Pada 17 September lalu, BI sudah menerbitkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Realisasinya terbilang baik, sebab dalam beberapa kali penerbitan, permintaan jauh melebihi yang ditawarkan. Transaksi di secondary market juga sudah terjadi.

Posisi SRBI per 8 November 2023 mencapai Rp147,31 triliun, dengan komposisi terbesar pada tenor 12 bulan (50,34%/ Rp74,15 triliun), tenor 6 bulan (40,45%/Rp59,59 triliun), dan tenor 9 bulan (9,21%/ Rp13,57 Triliun).

Pasca kenaikan BI 7DRR, terjadi kenaikan RRT di seluruh tenor SRBI masing-masing 48 bps, 60 bps, dan 58 bps dibandingkan sebelum kenaikan BI7DRR dan lelang terakhir tanggal 8 November 2023.

Selama periode 15 September – 8 November 2023 terdapat transaksi outright SRBI di pasar sekunder sebesar Rp29,27 triliun (19,8% dari O/S Rp147,31 triliun). Secara setelmen, kepemilikan nonresiden di SRBI sebesar Rp18,76 triliun (12,74%).

“Apa (asing) sudah banyak atau sedikit itu relatif, dari sudut pandang saya ini justru kami melihat progresnya on track,” jelasnya.

Ramdan menambahkan, instrumen baru lebih pada akselerasi pasar, dipastikan tidak akan mengganggu likuiditas perbankan.

“Kalau perbankan alami tekanan liquidity jangka pendek, dia punya kemampuan lebih besar dengan tambahan liquidity dengan repo antar bank dan sifatnya yang sangat liquid,” paparnya.

Bagaimana kalau instrumen ini gagal?

“Basic dari SRBI itu instrumen moneter, menyerap kelebihan likuiditas yang selama ini dijalankan oleh instrumen lama, sial-sialnya mampu menggnatikan instrumen yang lama,” jawab Ramdan.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Tarik Dana Asing ke RI, BI Luncurkan Instrumen SVBI & SUVBI

(haa/haa)


Quoted From Many Source

Baca Juga  Asing Terciduk Borong Saham Big Bank hingga Grup Salim

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *