Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak mentah dunia menguat pada pembukaan perdagangan Rabu (20/9/2023), setelah penurunan pada perdagangan hari sebelumnya.
Hari ini harga minyak mentah WTI dibuka menguat 0,38% di posisi US$91,55 per barel, begitu juga dengan minyak mentah brent dibuka naik 0,16% ke posisi US$94,49 per barel.
Pada perdagangan Selasa (19/9/2023), minyak WTI ditutup melemah 0,31% ke posisi US$91,2 per barel, begitu juga minyak brent ditutup turun 0,10% ke posisi US$94,34 per barel.
Harga minyak naik ke level tertinggi dalam 10 bulan pada hari Selasa sebelum melemah, di mana minyak WTI menyentuh level tertinggi US$93,74 dan minyak brent menyentuh level tertinggi US$95,96 tertinggi sejak November 2022.
Namun sayangnya setelah mencapai level tertinggi, harga minyak harus terkoreksi karena aksi profit taking investor setelah tiga sesi kenaikan menyusul pengurangan produksi yang berkepanjangan dari Arab Saudi dan Rusia.
Setelah Brent mencapai US$95 per barel pada hari Selasa, bank investasi UBS mengatakan dalam sebuah catatan bahwa pihaknya mulai mengambil keuntungan. Namun, para ahli strategi di sana memperkirakan Brent akan diperdagangkan pada kisaran US$90 hingga US$100 per barel dalam beberapa bulan mendatang, dengan target akhir tahun 2023 sebesar US$95 per barel.
Menambah kekhawatiran pasokan, anggota OPEC+ Arab Saudi dan Rusia pada bulan ini memperpanjang pengurangan pasokan gabungan sebesar 1,3 juta barel per hari (bph) hingga akhir tahun.
Pemerintah Rusia sedang mempertimbangkan untuk mengenakan bea ekspor pada semua jenis produk minyak sebesar US$250 per metrik ton, jauh lebih tinggi dari biaya saat ini, mulai 1 Oktober hingga Juni 2024 untuk mengatasi kekurangan bahan bakar, ungkap dari sebuah sumber kepada Reuters pada hari Selasa.
Selanjutnya, produksi minyak AS dari wilayah penghasil serpih terbesar berada di jalur penurunan menjadi 9,393 juta barel per hari pada bulan Oktober, terendah sejak Mei 2023, menurut Administrasi Informasi Energi AS pada hari Senin. Ini akan menjadi penurunan bulanan ketiga berturut-turut.
Data industri pada hari Selasa juga menunjukkan stok minyak mentah AS turun pada minggu lalu sekitar 5,25 juta barel, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute pada hari Selasa. Analis memperkirakan penurunan API sebesar 2,7 juta barel. Dan data persediaan pemerintah AS akan dirilis pada hari Rabu.
Ada beberapa ketidakpastian permintaan yang dapat membebani pasar.
Pada hari Senin, CEO Saudi Aramco Amin Nasser menurunkan perkiraan jangka panjang permintaan global perusahaan menjadi 110 juta barel per hari pada tahun 2030 dari perkiraan sebelumnya sebesar 125 juta barel per hari.
Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman membela pengurangan pasokan OPEC+, dengan mengatakan pasar energi internasional memerlukan regulasi yang ringan untuk membatasi volatilitas, sekaligus memperingatkan ketidakpastian atas permintaan Tiongkok, pertumbuhan Eropa, dan langkah-langkah bank sentral untuk mengatasi inflasi.
Keputusan suku bunga akan diambil minggu ini oleh bank sentral AS, Inggris, Jepang, Swedia, Swiss, dan Norwegia.
Indeks utama Wall Street turun pada hari Selasa, dengan Nasdaq dan S&P 500 mencapai titik terendah dalam lebih dari tiga minggu karena imbal hasil Treasury naik menjelang pertemuan kebijakan Federal Reserve AS minggu ini.
Bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan pada kisaran 5,25%-5,50% saat ini pada hari Rabu waktu AS, karena inflasi inti bergerak menuju target The Fed sebesar 2%.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Minyak Kembali Reli Setelah Anjlok 1% Kemarin
(saw/saw)
Quoted From Many Source